Merangkai Iman dan Ilmu: Kuliah Umum ITB Ajak Mahasiswa Selami Harmoni Agama dan Sains
Bagaimana agama dan sains bisa saling menguatkan, bukan dipertentangkan? Inilah pertanyaan yang menjadi pintu masuk dalam Kuliah Umum Agama Islam bertema “Merangkai Iman dan Ilmu: Menyelami Harmoni Agama dan Sains” yang diselenggarakan oleh Direktorat Persiapan Bersama ITB, Sabtu (17/5/2025) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha. Kegiatan ini menjadi ruang reflektif sekaligus ruang dialog yang inspiratif bagi ratusan mahasiswa baru ITB.
Dua narasumber dihadirkan dalam kuliah umum ini: Dr. Agus Syihabuddin, MA, dan Usep Mohamad Ishaq, S.Si., M.Si., Ph.D. Keduanya menyampaikan pemaparan yang tidak hanya akademis, tapi juga menyentuh sisi spiritual mahasiswa. Dr. Agus membahas pentingnya landasan etika dalam pengembangan ilmu, sementara Dr. Usep menjelaskan bagaimana ayat-ayat kauniyah dalam alam semesta justru membuka pintu-pintu keimanan.
Yang menarik, sesi diskusi berlangsung sangat aktif. Mahasiswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan, mulai dari tantangan menjaga iman di lingkungan saintifik, hingga bagaimana mengintegrasikan nilai agama dalam riset dan kehidupan sehari-hari. Diskusi berkembang secara dinamis dan menggugah, menunjukkan bahwa semangat intelektual dan spiritual bisa hidup berdampingan di ruang akademik.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Fatimah Arofiati Noor, Direktur Persiapan Bersama ITB, menegaskan pentingnya membentuk insan akademik yang utuh, yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga berakar pada nilai iman dan integritas.
“Kita ingin mahasiswa ITB tumbuh bukan hanya sebagai pemikir, tapi juga sebagai insan yang sadar akan arah dan makna hidupnya. Iman dan ilmu tidak perlu dipertentangkan. Justru, keduanya saling meneguhkan,” ujarnya.
Kuliah umum ini merupakan bagian dari penguatan karakter dalam Mata Kuliah Agama Islam di ITB. Dr. Qoriaah, Koordinator Mata Kuliah Umum (MKU), menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini penting untuk membangun kesadaran mahasiswa terhadap peran ilmu dalam bingkai nilai dan tanggung jawab.
Sementara itu, Dr. Elsa Silvia Nur Aulia, Koordinator Mata Kuliah Agama sekaligus Ketua Panitia, menyatakan bahwa mahasiswa perlu ruang untuk berdialog, mempertanyakan, dan menemukan keterhubungan antara yang mereka pelajari di kelas dan nilai-nilai spiritual yang membimbingnya.
“Semangat diskusi tadi menunjukkan bahwa mahasiswa kita siap berpikir kritis tanpa kehilangan arah,” tutur Dr. Elsa.
Direktorat Persiapan Bersama menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terlibat, Koordinator MKU, Koordinator Mata Kuliah Agama, para dosen pengampu, panitia, serta mahasiswa peserta kuliah umum yang aktif dan antusias. Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membentuk generasi akademisi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dan tanggung jawab moral.